Kamis, 05 Mei 2011

komunikasi bahasa


A.      Hakekat Bahasa
Bahasa itu hakekatnya merupakan sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa itu merupakan sebuah system, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagaimana bahasa Indonesia yang penyusunan sebuah kalimat memiliki pola seperti SPO ataupun SPK.
Bahasa itu berupa bunyi sebagaimana ujaran atau ucapan (kuda) yang merupakan symbol yang memiliki konsep “sejenis hewan berkaki 4 yang bisa dikendarai”.

Lambang bunyi itu bersifat arbiter artinya ketika kita mengetahui konsep setumpuk lembaran kertas yang bercetak maka ada yang menyebutnya dengan nama buku dan ada yang menyebutnya kitab. Tetapi bahasa itu juga konvensional, misalnya jika kita mengetahui konsep alat tulis tak bertinta maka kita menyebutnya dengan nama pensil, tidak boleh dengan yang lainnya berarti kita melanggar konvensi itu.
Bahasa itu bersifat produktif, dari beberapa kata bisa menghasilkan berbagai kalimat yang beragam. Bahasa itu juga bersifat dinamis, tidak lepas dari perubahan sewaktu-waktu. Seperti kata riset yang dulu tidak dikenal, sekarang sering digunakan. Menurut pandangan sosiolinguistik, bahasa itu juga mempunyai ciri sebagai alat interaksi sosial dan sebagai alat mengidentifikasikan diri.

B.       Fungsi Bahasa dalam Sosiolinguistik
Bahasa secara umum merupakan alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, atau juga perasaan. Akan tetapi bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat menyampaikan pikiran adalah terlalu sempit, sebab seperti dikemukakan Fishman (1992) bahwa yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.
Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau pribadi. Sedangkan dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar.
Bila dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial atau informatif, yakni berfungsi alat untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur. Kalau dilihat dari segi kode, maka bahasa itu berfungsi metalingual, yakni bahasa itu digunakan untuk menjelaskan bahasa itu sendiri. Jika bahasa itu dilihat dari segi amanat, maka sebenarnya bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan atupun perasaan (baik perasaan yang sebenarnya atau perasaan imajinatif).

C.      Hakekat Komunikasi
Dalam Webster s New Collegiate Dictionary (1981:225) dikatakan komunikasi adalah proses pertukaran informasi antar individual melalui sistem simbol, tanda, atau tingkah laku umum.
Kalau disimak batasan di atas, maka dapat disimpulkan ada 3 komponen dalam setiap proses komunikasi, yaitu pihak yang berkomunikasi, informasi yang dikomunikasikan serta alat yang digunakan dalam komunikasi itu. Dalam proses komunikasi ada dua orang atau kelompok orang, yaitu pertama yang mengirim (sender) informasi, dan yang kedua yang menerima (receiver) informasi. Informasi yang disampaikan tentunya berupa suatu ide, gagasan, keterangan, atau pesan.
Sedangkan alat yang digunakan dalam komunikasi itu ada dua biasanya bentuk verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi tersebut, sedangkan nonverbal yaitu komunikasi yang menggunakan alat bukan bahsa, seperti bunyi peluit,gerak tangan, ataupun semafor.

D.      Proses Komunikasi Bahasa
Dalam setiap komunikasi bahasa ada dua pihak yang terlibat, yaitu pengirim pesan dan penerima pesan. Ujaran yang berupa kalimat atau kalimat-kalimat yang digunakan untuk menyampaikan pesan berupa gagasan, pikiran, saran dan sebagainya disebut pesan. Setiap proses komunikasi bahasa dimulai dengan si pengirim merumuskan terlebih dahulu yang ingin diujarkan dalam suatu kerangka gagasan. Proses ini dikenal dengan istilah semantic encoding. Gagasan itu lalu disusun dalam bentuk kalimat atau kalimat-kalimat yang gramatikal; proses memindahkan gagasan ke dalam bentuk kalimat yang gramatikal disebut dengan istilah gramatical encoding. Setelah tersusun dalam kalimat yang gramatikal, lalu kalimat yang berisis gagasan diucapkan, proses ini disebut phonological encoding. Kemudian ujaran dari sang pengirim diterjemahkan oleh penerima atau didecoding. Pada mulanya ujaran tadi merupakan stimulus untu diterjemahkan. Ini disebut phonological decoding. dan diakhiri dengan semantic decoding.
Ada dua macam komunikasi bahasa, yaitu komunikasi searah dan komunikasi dua arah. Dalam komunikasi searah, si pengirim tetap sebagai pengirim dan begitu pula si penerima tetap sebagai penerima. Kamunikasi searah ini terjadi misalnya dalam komunikasi yang bersifat memberitahukan, khotbah, ceramah yang tidak diikuti tanya jawab dan lain sebagainya. Sedangkan dalam komunikasi dua arah, secara berganti-ganti si pengirim bisa menjadi penerima, dan penerima juga bisa menjadi pengirim. Komunikasi dua arah biasanya terjadi dalam rapat, musyawarah, diskusi dan lain sebagainya.
Sebagai alat komunikasi, bahasa terdiri dari dua aspek yaitu aspek linguistik dan aspek paralinguistik. Kedua aspek ini bekerjasama dalam membangun komunikasi bahasa dan berfungsi sebagai alat komunikasi. Aspek linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis yang mendukung terbentuknya semantik atau yang akan disampaikan. Aspek paralinguistik mencakup kualitas ujaran, unsur supra segmental, jarak dan gerak-gerik tubuh, serta rabaan.

 oleh:
jamilaturrohmah dan 
fitria rahmadani


Tidak ada komentar:

Posting Komentar